Jumat, 29 Mei 2015

HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN MENTAL DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

Kesehatan mental


Kesehatan mental, berasal dari dua kata, yakni “kesehatan” dan “mental”. Kesehatan berasal dari kata “sehat”, yang merujuk pada kondisi fisik. Individu yang sehat adalah individu yang berada dalam kondisi fisik yang baik, dan bebas dari penyakit. Sedangkan “mental” adalah kepribadian yang merupakan kebulatan dinamik yang tercermin dalam cita-cita, sikap, dan perbuatan. Mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan yang dalam keseluruhan atau kebulatannya akan menentukan tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan, atau yang menggembirakan dan menyenangkan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan mental sebagai, "suatu keadaan kesejahteraan dimana individu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja secara produktif dan baik, dan mampu memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat.


Kecerdasan emosional


  • Menurut Goleman (dalam Melianawati, Prihanto, dan Tjahjoanggoro, 2001)kecerdasan emosional adalah kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat merasa puas, mampu mengatur suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir, mampu  berempati serta berharap

  • Cooper dan Sawaf (dalam Melianawati, Prihanto, dan Tjahjoanggoro, 2001) berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Karena orang yang sehat biasanya mampu mengenal emosi yang dialaminya dan dapat mengekspresikan sesuai dengan aturan yang berlaku di lingkungannya (Martani, dalam Armiyanti, 2008). 

  • Reuven Bar-On (dalam Armiyanti, 2008) menyatakan bahwa kecerdasaan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non- kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
  • Sedangkan menurut Patton (2000) kecerdasan emosi adalah dasar-dasar pembentukan emosi yang mencakup keterampilan- keterampilan seseorang untuk mengadakan impuls-impuls dan menyalurkan emosi yang kuat secara efektif.


Hubungan antara kesehatan mental dengan kecerdasan emosional


Ketika seseorang mampu untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahanketika menghadapi suatu masalah mampu mengendalikan implus, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati san membina hubungan dengan orang lain, mampu memiliki keyakinan tentangdirinya sendiri, penuh antusias, pandai memilah semuanya dan menggunakan informasi sehingga dapat membimbing pikiran dan tindakan. Ketika hal-hal tersebut dimiliki seseorang makaorang tersebut memiliki kesehatan mental yang tinggi karena ia mampu menerima kekurangan atau kelemahan dirinya dan juga akan memiliki hubungan social yang baik karena ia mampu memantau emosinya sendiri maupun orang lain. Dan juga dia memiliki empati terhadap orang lain.


Daftar pustaka

- Artika Kumala Dewi. 2011. Hubungan antara Kecerdasan emosi dengan Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil
- Aditiyawarman, I, (2010). Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental, KOMUNIKA.4 NO.1 Januari-juni. pp.91-110

FENOMENA DEPRESI


Sampai saat ini depresi menjadi salah satu masalah kesehatan mental utama yang mendapatkan perhatian serius. Depresi dicetuskan oleh peristiwa hidup tertentu yang mengakibatkan gangguan kesehatan, ketidaknyamanan, penderitaan, dan kesulitan melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Tahun 2020, depresi diperkirakan menempati urutan kedua penyakit didunia. Gejala psikomotor, dan gangguan vegetatif. Salah satu gejala depresi yang muncul adalah gangguan tidur yang bisa berupa insomnia, bangun secara tiba-tiba, dan hipersomia. Hal ini disebabkan oleh gangguan neurotransmitter dan reguasi hormon. Selain sebagai gejala depresi, gangguan tidur juga bisa merupakan penyebab depresi. Beberapa penelitian memberikan hubungan gangguan tidur dapat meningkatkan resiko depresi dikemudian hari.


DEFINISI DEPRESI

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi, fungsio- nal, dan tingkah laku serta kognisi bercirikan ketidakberdayaan yang berlebihan. Depresi dapat terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Orang yang mengalami depresi akan memunculkan emosi-emosi yang negatif seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, ketakutan, dendam dan memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik.
 Gangguan depresi pada umumnya dicetuskan oleh peristiwa hidup tertentu. Namun,  setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar yang memungkinkan suatu peristiwa yang dihadapi secara berbeda, dapat memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang lain.


GEJALA DEPRESI
  • Gangguan emosi : perasaan sedih atau murung, iritabilitas, ansietas, ikatan emosi burkurang menarik diri dari hubungan intrapersonal


  • Gangguan kognitif : distorsi kognitif seperti mengritik diri sendiri, rasa bersalah, perasaan tak berharga, kepercayaan diri turun, pesimis, dan putus asa. Penurunan fungsi kognitif seperti bingung, 


  • konsentrasi buruk, perhatian kurang, daya ingat menurun. Dan sering ragu-ragu.
  • Keluhan somatik : sakit kepala, keluhan saluran pencernaan, keluhan haid, dan lain-lain.


  • Gangguan psikomotorik : retardasi psikomotor, gerakan lambat, pembicaraan lambat, malas, dan merasa tidak bertenaga atau lesu.


  • Gangguan vegetatif : tidak bisa tidur atau terlalu banyak tidur, tidak ada nafsu makan atau terlalu banyak makan, penurunan berat badan atau penambahan berat badan, gangguan fungsi seksual.




PENYEBAB DEPRESI

salah satu yang terkuat adalah stres. Sementara stress dapat terjadi pada semua usia, ada data yang menunjukkan bahwa dewasa awal adalah masa kerentanan khusus untuk mengalami kegelisahan dan depresi, mungkin karena tuntutan atau mengalami kesulitan dalam fungsi sosial, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari
Faktor penyebab dari depresi yaitu : -faktor biologis,.
                                                           -faktor genetika
          -dan faktor psikososial


CARA MENGATASI DEPRESI

  • mengatasi gangguan depresi yaitu dengan membangun hidup yang menyenangkan dengan cara pengungkapan diri yang bertujuan agar kedua subyek dapat mengenali dan mengoptimalkan kekuatan-kekuatan positif yang dimilikinya serta mampu memaknai segala apapun yang dialaminya secara positif.


  • Selanjutnya, pada aspek kedua membangun hidup yang penuh aktivitas dengan cara menuliskan biografi dan surat kepada orang yang dianggap  berarti dalam hidup subyek. Hal tersebut ber- tujuan agar kedua subyek dapat mengetahui emosi positif dan emosi negatif dalam kehidu- pannya, sehingga dapat mencegah munculnya emosi negatif dengan menyibukkan dirinya mengembangkan emosi positif dan potensi dirinya sekaligus berusaha menjalin hubungan interpersonal dengan lingkungan sosial secara aktif.


  • Aspek yang terakhir yaitu membangun hidup yang bermakna, kedua subyek diharapkan mampu memahami seluruh hal yang terjadi pada dirinya dengan cara berfokus menyikapi berbagai masalah yang ada secara positif sehingga dapat mengatasi permasalahan secara mandiri dan keberadaannya bermanfaat bagi orang lain.



DAFTAR PUSTAKA:

- Swesty Nilasari. Positive psychotherapy untuk menurunkan tingkat depresi. 2013 Magister Psikologi UMM, ISSN: 2303-2936 Volume I (2), 179 – 189.
- Amir N. Aspek Neurobiologi Molekuler Depresi. JIWA.2004;XXXVII:2
- Wyn Eko Radityo (Fakultas Kedokteran Universitas Udayana). Jurnal Depresi Dan Gangguan Tidur.
Back to top