Selasa, 20 Oktober 2015

Tugas III kekuasaan

TUGAS III
KEKUASAAN

Psikologi Manajemen

Dosen Pengampu
Ade Irma Suryani

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/1/19/Logo_Gunadarma.jpg/220px-Logo_Gunadarma.jpg

Disusun Oleh Kelompok Melati

Ade Nurul Oktaviana  (10513148)
Jojor Lamria  (14513665)
Mariska Wisnu Dwipratiwi  (15513298)
Widya Anissa Wiranti  (19513264)
Yulia Wirantri Farhani  (19513549)

Kelas
3PA02







PENDAHULUAN

Kekuasaan adalahkewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi.


Menurut French dan Raven (1959), ada lima sumber kekuasaan, yaitu :
1.      Reward Power (kekuasaan imbalan)
2.      Coercive Power (kekuasaan paksaan)
3.      Referent Power (kekuasaan referen)
4.      Expert Power (kekuasaan ahli)
5.      Legitimate Power (kekuasaan legitimasi)





PEMBAHASAN

A.   Definisi Kekuasaan   Menurut Para Ahli

a.       French dan Raven, Kekuasaan adalah kemampuan potensial dari seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi yang lainnya didalam system yang ada.

b.      Max Weber, Kekuasaan itu dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang actor didalam suatu hubungan social berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.


c.       Walter Nord, Kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.

d.      Miriam Budiardjo, Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku

e.       Ramlan Surbakti, Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekuasaana dalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan.


B.Sumber - SumberKekuasaan
Kekuasaan dapat diperoleh karena posisi seseorang (kekuasaan jabatan) dan karena pengaruh pribadi atas orang lain. Di dalam organisasi kedua macam kekuasaan tersebut dapat terjadi. Kekuasaan jabatan bergantung kepada setinggi apakah jabatan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi jabatan, akan semakin tinggi pula kekuasaan yang diperoleh. Meskipun demikian, dalam hal tertentu kekuasaan yang dimilikinya juga dibatasi oleh kekuasaan yang dimiliki orang lain.

Kekuasaan pribadi bergantung kepada sejauh mana orang lain mempercayai, mendukung, menghormati dan terikat kepada pemegang kekuasaan pribadi. Demikian pula, di dalam organisasi kekuasaan seringkali cenderung berlangsung secara timbale balik antara atasan dan bawahan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya saling membutuhkan di antara mereka. Atasan mempunyai kekuasaan atas bawahan, tetapi sebaliknya bawahan juga dapat mempengaruhi kekuasaan yang dimiliki atasan dengan hasilkarya (kinerja) yang ditunjukkan oleh bawahan.




MenurutFrench dan Raven (1959), ada lima sumber kekuasaan, yaitu :

1). Reward Power (kekuasaa nimbalan)
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk member ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkrit adalah ‘jika anda dapat menjamin atau member kepastian gaji atau jabatan saya meningkat, anda dapat menggunakan reward power anda kepada saya’. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa seseorang dapat melakukan reward power karena ia mampu member kepuasan kepada orang lain.

2). Coercive Power (kekuasaan paksaan)
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampua nuntuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya yang mempunyai ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencacimaki sampai kekuasaannya memotong gaji karyawan. Menurut David Lawless, jika tipe kekuasaan yang koersif ini terlalu banyak digunakanakan membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

3). Referent Power (kekuasaan referen)
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.

4). Expert Power (kekuasaan ahli)
Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diri pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki expert power tentang pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan menerima jalan pemecahan yang diberikan pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya expert power.

5). Legitimate Power (kekuasaan legitimasi)
Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai cultural. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.




   

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Sarlito W. 2005. PsikologiSosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan). Jakarta: Balai Pustaka.
Budiarjo, M. 1984. Konsep Kekuasaan: Tinjauan Kepustakaan. Jakarta: Sinar Harapan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to top