Sebagai
salah satu teknik psikoterapi, terapi perilaku relative masih sangat muda, baru
dipergunakan sejak sekitar 30 tahun yang lalu. Menurut Lazarus (1971, 1977), terminology
terapi perilaku (behavior therapy)
pertama kali dipakai oleh Skinner, Solomon, Lindsley dan Richards pada tahun
1953, namun setelah itu tidak dipergunakan lagi. Pada tahun 1959, Eysenck
secara terpisah menggunakan terminologi ini. Dalam kaitan dengan pengubahan
perilaku (behavior modification),
terdapat dua pendapat mengenai terapi perilaku. Sekelompok ahli mengatakan
bahwa keduanya pada dasarnya sama saja (Kanfer & Phillips, 1969), namun
kelompok lain (Lazarus, 1971) mengatakan bahwa terapi perilaku biasanya
berhubungan dengan metode kondisioning yang berlawanan misalnya, desensitisasi
(pengebalan) sistematik dan latihan asertif (assertive training), sedangkan terapi pengubahan perilaku menitik
beratkan pada prosedur “aktif” (operant conditioning). Didalam perkembangannya,
terapi perilaku sebagai metode yang dipakai untuk mengubah perilaku atau dalam
arti umumnya sebagai salah satu teknik psikoterapi.
Menurut
Franks (1969) yang dikutip oleh master (1987) ada tiga hal yang sangat
berpengaruh terhadap munculnya terapi perilaku, ialah:
1. Hasil
penelitian dan tulisan dari I.P Pavlov (1927, 1928) mengenai
percobaan-percobaan dan hasilnya yang telah dilakukan dengan mempergunakan
hewan percobaannya (anjing), yang sekarang dikenal dengan kondisioning klasik.
2. Hasil
penelitian dan tulisan E.L Thorndike mengenai proses belajar dengan hadiah yang
menghasilkan hokum efek (law of effect) yang sekarang dikenal dengan conditioning
aktif (operant) dan perilaku instrumental.
3. Hasil
penelitian dan tulisan J.B Watson dengan rekan-rekannya yang mengamalkan teknik
dasar dari apa yang telah dilakukan oleh Pavlov, diamalkan untuk menghadapi
seseorang dengan kelainan kejiwaan.dari Watson & Rayner ini dikenal
percobaan klasik mengenai kondisioning operan (operant) atau kondisioning aktif. Terhadap anak bernama Albert
kecil (a case of little Albert) yang
ketakutan setiap kali mendengar suara keras, diperlihatkan seekor tikus sambil
diperdengarkan suara keras, sehingga Albert kemudian takut setiap kali melihat
tikus tersebut. Percobaan yang kemudian bervariasi, antara perangsangan yang
diberikan dan jawaban yang diharapkan akan muncul, termasuk menghilangkan
ketakutan karena jenis perangsangnnya lain dan dilakukan pembiasaan.
Menurut
Corey (1991) terdiri dari tiga tahap :
- Tahap pertama adalah kondisioning klasik pada mana perilaku yang baru, dihasilkan dari individu secara pasif.Tokoh-tokoh pada kelompok ini ialah : Science and Humand Behavior (1952); A. Lazarus terkenal dengan Behavior Therapy and Beyond (1971) dan Eysenck dengan : Behavior Therapy and the Neurosis (1962).
- Tahap kedua adalah tahap kondisioning aktif (operant), dimana perubahan-perubahan dilingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi sebagai penguat ulang (reinforcer) agar sesuatu perilaku bisa terus diperhatikan, sehingga kemungkinan perilaku tersebut akan diperlihatkan terus dan semakin diperkuat. Sebaliknya jika lingkungan tidak menghasilkan sesuatu penguat ulang, harapan untuk memperlihatkan kembali perilakunya berkkurang. Tokoh utama pada tahap kesua ini adalah Skinner.
- Tahap ketiga adalah tahap kognitif, sebagaimana diketahui bahwa munculnya terapi perilakudengan ciri-ciri khas yang bertentangan dengan pendekatan psikoanalisis, psikodinamik, mengesampingkan konsep berpikir, konsep sikap dan konsep nilai. Namun ternyata terjadi perubahanpada sekitar tahun 70-an ketika peranan berfikir (kognisi) diperlihatkan dan ikut berperan, baik dalam proses pemahaman maupun perlakuan terhadap pasien
Gunarsa,
S. D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar